Monday, December 30, 2013

Perjumpaan Pertama

Untuk: Cass

Melihatmu untuk pertama kali dalam hitam dan putih, aku merasakan keajaiban. Terlihat bentukan kepalamu, tempat nantinya ide-ide cemerlang bersarang. Tampak kaki-kakimu mungil lagi kokoh. Kaki-kaki yang nanti akan menjelajah dunia. Lalu tangan-tanganmu yang terbentuk sempurna. Tangan-tangan yang nanti akan merengkuh segala impian. Hatiku makin membuncah kala ada satu kedip kecil di sana. Jantungmu. Berdegup perlahan, namun kencang detaknya. Kamu hidup.

Tetaplah kita bersama. Kamu di dalamku. Jiwaku dikandungmu. Bertumbuh berdua. Kamu: fisik yang sempurna dan sehat. Aku: kedewasaan yang semakin nyata. Marilah kita mengalami semua bersama. Segala dentum yang ada di dalamku, semua letup yang ada di di sekitarku. Ayo kita merasa berdua. Mencecap, meresap. Berjuang saja, saling menjaga.

Nanti, kala kau tiba di dunia, maka di situ pula aku terlahir menjadi manusia baru. Kita akan saling menggenggam tangan, saling menuntun dan belajar pada hidup.

Meringkuklah dulu di hangatnya tubuhku. Sampai jumpa di minggu ke 37.

Salam sayang,
Ibu

Friday, November 15, 2013

Maaf Tidak Menerima Donasi Tunai

Aksi sosial sumbang buku tulis ke sekolah terpencil yang aku gagas mendapat sambutan positif dari orang-orang sekitarku. Seperti tertuang dalam postku sebelumnya, Move!: Notebooks to School, sumbangan yang akan disalurkan ke SMP Satu Atap Negeri 2 Kayuputih Melaka adalah berupa buku tulis, pulpen, dan atau pensil.

Keantusiasan calon donatur terlihat saat mereka menghubungiku via aplikasi obrolan di ponsel. Banyak di antara mereka yang tidak tinggal di Bali dan mereka berniat ikut berpartisipasi. Hanya saja, niat baik mereka harus aku tolak karena mereka hendak menyumbangkan donasi tunai alias uang.

Tanpa mengurangi rasa hormat, aku tidak mau menerima donasi tunai karena pertanggungjawabannya yang sangat susah. Belum lagi akan timbul berbagai macam kecurigaan dan ketidakpercayaan pengelolaan uang tersebut. Donasi tunai, maaf, akan merepotkan saja karena aku harus menyempatkan diri untuk menghitung jumlah donasi dan diperlukan seorang pengawas untuk mengawasiku membelanjakan uang tersebut. Ditambah lagi, jika aku membelanjakan uang donasi sejumlah Rp 112.300,- dari total Rp 115.000 donasi yang masuk, maka akan ada kembalian Rp 2.700. Dari sisa belanja itu, aku masih bisa membeli satu batang pensil seharga Rp 2.500. Tersisa Rp 200. Nah, Rp 200 ini harus aku bawa ke mana? Di simpan? Aku rasa percuma. Masuk kantongku? Sama saja korupsi, meski hanya 200 perak.

Jadi, donatur yang budiman, sekali lagi, tanpa mengurangi rasa hormat, aku tidak menerima sumbangan tunai. Jika ingin menyumbang selain buku tulis, pulpen, dan/atau pensil, silakan saja. Siapa tau di antara kalian ada yang mau menyumbang makanan atau minuman ringan, akan sangat aku apresiasi. Sekedar informasi, jumlah murid di SMP Satu Atap Negeri 2 Kayuputih Melaka adalah 125 orang, guru 12 orang dan 3 orang pegawai tata usaha. Aku prediksi nanti sekitar 10 orang relawan akan ikut terjun ke lapangan untuk membantu mendistribusikan sumbangan. Jadi, kalau mau sumbang makanan dan minuman sudah ada bayangan berapa jumlah yang harus kalian beri. Aku juga butuh donatur yang ikhlas meminjamkan mobilnya sekaligus menjadi sopir sebagai transportasi untuk mengangkut buku-buku tulis tersebut.

Jadi, mari bergerak! Move!


SIBUK

Astagaaaa...astagaaa...aku butuh lebih dari 7 hari seminggu untuk menjalani hidupku... Aku perlu lebih dari 24 jam sehari untuk mengatur hidupku... Astaga... Astaga... Aku bingung mesti bersyukur atau mengeluh.

Bekerja "normal" di kantor Senin-Jumat jam 8 pagi sampai 5 sore (kadang overtime, dan tidak dibayar untuk itu). Senin-Selasa jam 8 malam sampai 10 malam, mengajar bahasa Inggris kepada seorang temanku. Sabtu jam 4 sore sampai 8 malam siaran di radio. Minggu jam 12 siang sampai 4 sore juga siaran di radio.

Lalu, tadi aku ditelepon lagi oleh Dirut radio bahwa dia suka siaranku. Untuk itu, dia mau menambah jam siaranku tiap Rabu, Kamis dan Jumat. Waktu masih dipertimbangkan, yang jelas sore hari sepulang aku bekerja.

Haduh...Haduh... Aku sibuk... Aku sibuk... Tapi, aku senang sekaligus khawatir. Kapan aku punya waktu untuk diri sendiri, keluarga, kawan dan kekasih?



~Catatan kegundahan hati di Jumat pagi dan OST Sinchan berputar di kepala: Kalau begini akupun jadi sibuk... Berusaha mengejar-ngejar dia... matahari menyinari semua perasaan cinta... tapi mengapa hanya aku yang dimarahi... Oh sibuknya... aku sibuk sekali...~

Thursday, November 14, 2013

MOVE!: NOTEBOOKS TO SCHOOL

Apa kalian sudah membaca postku tentang impian-impian "kecil"ku di post terdahulu? Kalau belum, silakan baca deh dan fokuskan bacaan kalian pada impianku untuk mengadakan acara sosial penyumbangan buku tulis ke sekolah di pelosok Singaraja. Klik DREAMS.

Impian untuk sumbangan buku tulis ini sudah mulai ada geliatnya. Walaupun masih kecil, gerakan ini kuyakini akan mencapai klimaksnya nanti. Mulai ada beberapa kawan yang menyumbangkan buku-buku tulis, pulpen dan pensil. Oh iya, sekolah sasarannya pun sudah aku temukan. Sebuah sekolah rekomendasi seorang pengawas sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng, Bapak Duniawan. Beliau merekomendasikan SMP Satu Atap Negeri 2 Kayuputih Melaka, Kecamatan Sukasada. Beliau juga memberikan kontak kepala SMP tersebut: Ibu Hartawati.

Komunikasi dengan Ibu Hartawati terbilang lancar. Beliau menyambut niatku dengan antusias dan tanpa menutupi apapun, beliau mengatakan bahwa pihaknya sangat mengharapkan bantuan buku tulis ini. Beliau juga dengan senang hati mengundangku untuk datang mengunjungi sekolah yang dipimpinnya di Jalan Damai, Lovina. Berhubung belum ada waktu senggang, jadi aku belum sempat ke sana. Tapi, aku sudah menjadwalkan akan pergi ke sana di bulan Desember 2013 akhir.

Flyer pemberitahuan kegiatan sosial ini sudah aku sebarkan secara on-line kepada teman-teman dekat. Sejauh ini, sudah terkumpul 17 lusin buku tulis, 8 lusin pulpen dan 3 lusin pensil. Masih ada sumbangan dari beberapa teman yang belum sempat aku ambil karena belum ada waktu. Tiap kali aku mendapat kabar bahwa ada yang menyumbang, aku merasa seperti melayang saking senang tak kepalang.

Kesempatan untuk berbagi selalu ada. Jika kalian mau berpartisipasi menyumbang buku tulis/pulpen/pensil, aku tunggu. Tinggalkan saja pesan di blog ini, atau email ke dwimarleni@gmail.com.

Terima kasih aku ucapkan pada para penyumbang yang memiliki ketulusan luar biasa. Syukur aku tujukan pada Penguasa Hidup.

Kamu tidak akan mendapatkan yang kamu mau jika kamu tidak bergerak. So, let's MOVE!


Friday, November 1, 2013

KABAR

Cinta ini sudah renta, tak bertuan, entah bisa apa.




















~Lagi-lagi catatan acak nan absurd yang datang mendadak sesaat sebelum beranjak lelap~

Kisi-kisi Jawaban

Untuk JessPer

Gerhana mimpimu
Sesungguhnya tak usah kamu tunggu
Bulan dan Mentari telah bersatu
Di malam-malam kamu merindu

Kamu hanya perlu menyadari
: Bulan bercahaya karena Mentari







Siang terik, 1 November 2013 2:00 PM



~Catatan saat ingat pelajaran IPA sewaktu SD sambil asyik mendengarkan Emoni-Harmoni Nada Cinta~

Tuesday, October 29, 2013

Jodoh (Tak) Lari Ke Mana



Pasangan selebriti muda itu dengan mantap mengatakan, "Kalo jodoh, ga bakal lari ke mana,"

Oh ya?

Kalimat 'Jodoh tak lari ke mana' bagiku hanyalah akan menjadi sebuah kalimat penghiburan tanpa makna bagi mereka yang baru mengalami putus cinta akibat banyak faktor jika mereka tidak melakukan apapun untuk si jodoh itu, menontoninya mengalir layaknya air.

Bisakah jodoh diam di tempat tanpa dijaga?

Mampukah jodoh bergeming tanpa dipertahankan?

Mampukah jodoh menang jika tidak diperjuangkan?

Bisakah jodoh berjodoh tanpa diyakini?

Bisakah jodoh berjodoh tanpa ada usaha?

Think!



~Catatan yang terlalu acak dan terlalu absurd di pagi hari akibat terlalu bersemangat menonton infotainment~

Sunday, October 20, 2013

DREAMS


Sebenernya aku ga tau apakah terlecut menuliskan semua ide di kepala setelah membaca post seorang kawan itu bagus atau tidak, tapi tetap saja aku akan melihat sisi baiknya saja: aku berhasil menuliskannya.

Tulisan ini terlahir setelah membaca salah satu post dari Jessica Permatasari, seorang sahabat, mentor sekaligus inspirasi bagiku. Tulisannya mengambil topik 'Impian' atau 'Cita-cita'. Bukan cita-cita yang terdengar nyata, namun sesungguhnya abstrak seperti zaman kecil dulu yang berkutat pada "Aku mau jadi tentara", atau "Aku mau jadi dokter", melainkan cita-cita yang lebih luas, yang mengarah pada aktualisasi diri, hal apa yang mau dicapai, hal apa yang mau dilakukan demi kebaikan bersama. Kalian mengerti? Aku tidak berani jamin karena pola pikirku dan JessPer adalah pola pikir yang sama sekali asing bagi manusia-manusia normal seperti kalian, yang taat pada kaidah dan norma. :p kidding!

But, hey, anyway, seusai membaca post JessPer, aku langsung menghubunginya melalui WhatsApp. Berikut isi pesan-pesan yang kukirim padanya:

- Hey
- Are you there?
- Just read your post about dreams
- Haha
- Dari kemarin2 mau post dengan topik yg sama tapi belum ada waktunya
- Kita punya mimpi utama yg sama: study abroad
- Tapi, berhubung susahnya menggapai ke sana, aku mulai sedikit berdamai dg cita2 itu
- Mengubahnya menjadi: kuliah lagi (S2)
- Tidak peduli di mana, asal kehausan akan ilmu tetap bisa diatasi :D
- Akhirnya kemarin search tentang beasiswa dikti dan setelah berdiskusi lama dg ortu dan juga teman2, mereka mendukung sepenuhnya. Bahkan menyarankan ambil kajian pariwisata unud krn ada program 1 tahun double degree ke prancis
- Yah mereka (teman2) tau aku sangat ingin ke sana *Ini maksudnya mau ngetik ke luar negeri, malah yang terketik ke sana, otak dan tangan tidak sinkron saking semangat melakukan sharing
- Sekarang tinggal mengusahakannya saja

Lalu WhatsApp berikutnya yang aku kirim adalah tentang rencana-rencanaku dalam proses mewujudkan cita-cita S2 ini, juga tentang impian lain seperti memberikan bantuan buku tulis pada sekolah di Singaraja dan impian mengenai ide clothing line.

- Well, all sounds "You're out of your mind", but you know... I'm just a person who shoots for the moon... If I miss, I still land among the stars
- So yeah... Let's move and make our dreams come true
- Butuh waktu dan tidak instan. Tapi... semoga semangat kita untuk meraih semua impian mulia itu tidak pernah surut atau padam. Insya Allah selalu ada jalan.
- Amin
- Sekian dari saya
- Wassalam
- B-)

Sedikit ulasan akan aku berikan untuk masing-masing impian yang aku punya. Pertama, melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Impian ini bahkan muncul sebelum anak-anak sepermainanku mengetahui tentang bangku kuliah. Sejak SMP, aku sudah punya impian ke Jogja, melanjutkan S1 dan itu tercapai, meskipun tidak kuliah di universitas impian dan jurusan idaman. Tetapi, kini aku berbangga diri menjadi alumnus universitasku. Sejak SMP pula, aku telah mampu memvisualisasikan di mana kelak aku akan bersekolah lagi, mengambil gelar master: Australia. Well, ini tak lepas dari akibat kunjungan salah satu SMA dari Australia ke SMA kakakku saat itu. Dari kunjungan itu, kakakku mendapat sebuah buku kecil tentang Australia. Buku itu sangat indah apalagi di halaman yang ada night view di Hobart: sebuah foto yang menggambarkan jalanan berkelap-kelip oleh lampu kendaraan dan gedung-gedung pencakar langit yang juga bermandi cahaya. Romantis. Maka, sejak itu impianku adalah bersekolah ke Australia. Namun, apa daya, persaingan memperoleh ADS sangat ketat. Hal itu membuatku mundur teratur dan menyimpan impian itu dalam peti. Sekarang, mimpi itu sudah tidak kuat lagi lama-lama terkurung dan ketika aku membebaskannya, dia ternyata telah berubah menjadi lebih realistis. Semoga tercapai. Amin.

Kedua, perihal sumbangan buku tulis ke sekolah di Singaraja. Ini murni kesadaran diri untuk berbagi. Teman-temanku dan aku suka berkaraoke. Menraktir saat ulang tahun di karaoke adalah hal yang lumrah bagi kami. Tak jarang kami mengeluarkan uang cukup banyak untuk 2 jam kesenangan. Dari situlah aku berinisiatif mengalokasikan dana traktrian karaoke saat aku berulang tahun untuk membeli buku tulis, membantu anak-anak di pelosok Singaraja yang bahkan menikmati kesenangan saja susah. Aku pun meminta teman-teman untuk bersedia memberikan kado ulang tahunku berupa buku tulis. Aku yakin mereka mendukung penuh. Impian ini baru merangkak, belum sempurna benar terwujudnya. Jika nanti impian ini bisa berlari kencang, maka tidak menutup kemungkinan aku akan mengembangkannya menjadi agenda tahunan. Satu hal bisa dipastikan bahwa nantinya semua sumbangan bukan atas namaku, melainkan atas nama seluruh penyumbang dan secara tidak langsung nama almamater penyumbang, nama orang tua penyumbang, nama orang-orang di sekitar penyumbang yang selama ini telah berperan dalam menumbuhkembangkan penyumbang menjadi pribadi-pribadi yang mulia, yang tulus ikhlas berbagi dengan sesama. Semoga tercapai. Amin.

Ketiga, sekaligus terakhir, tentang clothing line. Aku tidak akan bicara banyak di sini karena sebuah prinsip yang menyatakan bahwa ide intelektualitas sangat mahal harganya dan rentan pembajakan. Yang jelas, ide clothing line ini adalah sebuah upaya pemberdayaan potensi diri dan lingkungan serta sebuah upaya penyadaran SDM di lingkungan itu sendiri. Bukan, ini bukan tentang menjaga lingkungan tetap asri dan hijau. Ini adalah sebuah ide untuk menyentak masyarakat bahwa mereka memiliki sumber daya yang tidak kalah kuat di banding yang lain. Semoga tercapai. Amin.

Aku sampai pada bagian kesimpulan. Entah di sini kalian menyimpulkanku sebagai orang yang ambisius terhadap hal-hal yang bersifat impulsif. Atau kalian akan mencapku sebagai orang yang memiliki tendensi obsesif, aku tidak akan protes. Hanya ini yang mau aku katakan:

Jika kau berani bermimpi, usahakan!
Jika impianmu telah tercapai, bagikan!
Maka, sesungguhnya kau tidak pernah berhenti belajar.



~Catatan pagi buta dari aku yang kecil dengan impian yang tidak kerdil~



19/10/2013 subuh

Wednesday, October 9, 2013

Es Teh Manis Berembun


Aku sudah tidak sabar lagi. Buru-buru aku raih sepeda gayungku dan menggowesnya dengan kecepatan maksimal. Tak kupedulikan jalanan ramai oleh lalu-lalang mahasiswa, laju motor dan mobil, juga jejeran tukang cemilan. Aku kebut saja, bahkan banyak yang memaki-maki dan meneriakiku akibat nyaris kulanggar. Sungguh maaf, tapi aku tidak mau memperlambat lajuku. Aku harus segera sampai.

Di dekat kios tukang bubur ayam, aku menikung ke kiri. Melaju lagi masih dengan kecepatan maksimal. Induk ayam dan anak-anaknya berkeciap panik saat aku memotong jalurnya, mereka beterbangan dan berpencar ke segala arah. Kulewati juga dua orang tua berumur sekitar 70an yang sedang memandangi bidak-bidak catur, mereka bergeming saja. Terus aku mengendarai sepedaku, hingga aku tiba di depan sebuah warung berarsitektur bambu. Keringatku mengucur deras, tapi udara sejuk dari dalam warung sederhana itu menepis rasa panas yang kurasa.

"Es teh manis, satu!" teriak seorang lelaki yang berdiri di balik meja kasir. Lelaki itu tersenyum, memandangku tak lepas. Aku pun membalas senyumnya dan duduk di lesehan yang di sampingnya tergantung hiasan bambu yang mengeluarkan bebunyian merdu jika tertiup angin.

Lelaki itu, pemilik sekaligus pengelola warung bambu sederhana ini. Tinggi, tegap, manis, dan rupawan. Hanya itu saja yang aku tahu. Selebihnya aku buta dan aku jatuh cinta. Dia pun hanya mengenalku sebatas pelanggan yang datang tiap hari dengan satu pesanan saja: es teh manis.

"Satu es teh manis," ucapnya saat menyajikan minuman itu di mejaku.

"Berembun," kata terakhir yang diucapkannya nyaris bersamaan denganku.

Di dalam segelas es teh manis berembun aku tersesat.


~catatan sambil dengerin Banda Neira "Ke Antah Berantah" tiada henti~

Friday, October 4, 2013

ILUSI

Diamku
Lalu kamu
Dan terus kamu
Melukis pelangi di ubun-ubunku
Mewarnai pelangi di dadaku
Serupa tanya
Serupa teka-teki

: Masihkah kamu ada?

Tuesday, October 1, 2013

Wara Wiri Angels



Kangen. Itulah yang aku rasakan saat memandangi foto-foto yang aku simpan di Eces Kecil, netbook-ku. Wajah-wajah dalam foto itu sudah jarang sekali kutemui. Kami sudah sangat jarang pergi ke suatu tempat dengan ‘pasukan’ komplit. Kami sudah hampir tidak pernah lagi menggila bersama.

Semuanya bukan tanpa alasan. Semuanya bukan karena kami merenggang. Keadaan, keinginan, kesibukan dan impian yang mengharuskan kami berjarak. Pernikahan yang disusul kehamilan, pekerjaan baru yang langsung dibuntuti kesibukan, dan kehausan akan ilmu yang menuntut untuk terbang lintas negara.

Beruntung sekali, masa-masa bahagia itu sempat kita cicipi bersama. Good luck for us, Wara Wiri Angels. Bottoms up! Cheers!








~catatan kangen~

Monday, September 30, 2013

Radio, Radio, Radio



Menulis adalah terapi, radio adalah rekreasi.

Ya, teman-teman. Setelah sebulan menjadi seorang news anchor di sebuah radio swasta di kawasan Kuta, aku baru menyadari bahwa melakukan siaran adalah rekreasiku. Aku menyusun lagu, aku membacakan berita, atau sekedar cuap-cuap, aku lakukan dengan sesuka hati, tapi tetap mengacu pada aturan.

Awalnya tidak mudah menjalani profesi ini. Apalagi untuk yang nol pengalaman seperti aku. Aku sempat punya keinginan untuk menyerah. Tapi, aku paksakan diri mencoba dan ternyata setelah dijalani, hey I love this!

Siaran adalah salah satu kegiatan yang aku lakukan dengan hati. Sungguh-sungguh dengan hati sama seperti ketika aku menulis - yang aku gunakan sebagai terapi. Aku sangat antusias menyambut hari siaranku tiap Sabtu dan Minggu. Bahkan, aku tidak bisa bersabar menunggu. Sabtu dan Minggu aku akan sangat bersemangat karena di hari itu selama 4 jam, dari jam 12 siang sampai jam 4 sore aku akan pergi rekreasi. Aku akan bernostalgia bersama lagu-lagu yang kuputar (era 1960-1998; segmen usia radio ini adalah 35 tahun ++) sekaligus memberikan informasi-informasi terkini di Bali, Indonesia maupun belahan dunia lain.

Aku selalu berusaha melakukan yang terbaik tiap kali aku siaran dan berharap rekreasiku tidak akan pernah berakhir.


News Radio/Kuta/29092013





~Catatan syukur sambil siaran bareng Alvin Ali~





Tuesday, September 24, 2013

UNKNOWN

Comment dari Unknown sebelum aku reply


Sengaja ataupun tidak sengaja menjadi sosok 'unknown' atau 'tidak diketahui' bagi seseorang secara langsung telah mengganggu perasaan dan pikiran. Tapi, hampir semua 'unknown' menjadi Unknown dengan penuh kesadaran dan kesengajaan. Alasannya bermacam-macam dengan berbagai pembenaran dan pembelaan diri juga tentunya. Faktanya, Si Unknown ini telah membuat seseorang penasaran. Apakah Si Unknown peduli? Tidak, dia menikmati momen-momen itu.

Ini pertama kali di blog-ku, tulisanku dengan judul Absurditas Pagi: Ada Kamu mendapat tanggapan dari seseorang dengan identitas unknown. Oh tentu, tentu saja aku merasa terganggu. Pertanyaan 'mengapa mesti menyembunyikan jati dirinya?' menyerang pikiranku. Tapi, aku reply juga tanggapannya itu dengan rasa penasaran yang masih ada. Lalu, rasa penasaran dan gemas itu aku salurkan pada energi yang lebih positif: kreasi. Maka, lahirlah sebuah monolog yang tidak kalah absurd.



Ijin mainin ikan nya – comment by Unknown

Oh yes, please, Mr/Mrs/Ms. Unknown. You’re a perfect stranger.

Hahaha. Tidak, sesungguhnya kita saling kenal. Yah, kurang lebih.

Oh, we do? Then why you used Unknown as your name?

Kita tidak pantas lagi untuk saling tahu.

Aw, okay then. Anyway, thanks for stalking my blog and feeding my fish.


Untuk Anda, Unknown, siapapun Anda, terima kasih telah menginspirasi. Pasti ini di luar ekspektasi Anda bahwa Anda jadi inspirasi dalam tulisan ini dengan menjadi Unknown.




~catatan Lebayatun Khotijah sambil terkantuk-kantuk~

Thursday, September 19, 2013

Random Note

Hal-Hal yang Bisa Dilakukan di Pantai Selain Melihat Matahari Terbenam

Yup ini adalah tips murni dariku sebagai hasil proses pemikiran yang sangat panjang. Hahaha. Sering main ke pantai bikin aku memiliki keinginan memberikan informasi yang sedikit lebih aktual dan faktual. Asyik, ngomongnya pakai –al semua, sok intelek

Anyway, kalau kalian pergi ke pantai, biasanya kalian ngelakuin apa aja sih? Datang, duduk, diam, bengong, liat sunset? Boring! Kenapa ga coba lakuin hal-hal berikut?

Surfing. Kalo yang udah bisa menaklukkan ombak, pasti dateng ke pantai udah langsung bawa papan surf. Kalo yang belum pernah surfing? Ya, belajar dong. Sewa board-nya pada mas-mas persewaan kursi, yang biasanya bisa langsung menjadi instruktur. Untuk harga, biasanya mereka mematok harga kursus aja. Sewa board gratis, kata mereka. Waktunya bervariasi antara 1-2 jam. Dibanding harga sekolah surf resmi, harga instruktur dadakan ini dibilang cukup murah. Asal, kalian jago tawar-menawar. Dijamin, belajar surfing sangat menyenangkan dan bikin ketagihan. Niscaya kalian ga cuman datang dan diam pas ke pantai.

Boogie board. Masih untuk kalian yang belum bisa surfing dan takut untuk mencoba surfing, boogie board bisa menjadi alternative. Boogie board ini adalah sejenis papan seperti papan surfing tapi besarnya hanya setengah badan. Boogie board ini cenderung lebih ke ‘main-main’ board. Hahaha. Walaupun hanya untuk bermain-main, ber-boogie boarding juga termasuk olahraga yang lumayan menguras tenaga sekaligus seru.

Canoeing. Masih berolahraga, coba deh bermain kano. Main kano cocoknya sih di pantai yang gelombang lautnya tenang. Kalo gelombang lautnya tinggi mending surfing atau boogie boarding aja. Susah-susah gampang bermain kano. Dengan dayung, kita harus bisa menjadi pengemudi yang baik. Meski agak kurang heboh, tapi bermain kano juga mampu membuat kita teradiksi, membuat kita mau lagi, lagi,lagi.

Sepak bola. Nah, biasanya sih banyak pemuda yang datang ke pantai dengan tujuan main bola. Kenapa ga coba ikut gabung aja sama pemuda-pemuda itu? Selain menyehatkan, ikut bermain sepak bola juga bikin kita tambah temen. Seru loh main bola di pantai. Gawangnya kecil seiprit, mainnya ramean, jadi susah bikin gol karena lahan bermain yang juga sempit. Hihihi, yah namanya juga cari keringet, makin susah makin asyik.

Hard ball. Ada satu lagi olahraga yang sering terlihat dimainkan di pantai. Bukan, bukan volley ball. Aku lupa namanya, sebut saja hard ball. Permainan ini seperti tennis, tapi tidak menggunakan raket, melainkan bat kayu seperti bat pingpong dalam ukuran besar. Bolanya, bola tenis. Seru, karena pemain harus berlari ke sana ke mari dengan berat di pasir demi mengembalikan bola ke lawan. Berkeringat tentu saja karena kita harus mengeluarkan tenaga sekuat-kuatnya untuk memukul bola.

Jalan pinggir pantai. Kalian masih mau liat sunset? Oke sah-sah aja itu, tapi kenapa ga dilakukan dengan sedikit keringat? Jangan Cuma ditonton aja itu matahari pulang ke rumahnya, di antar dong. Yup, sambil jalan di pinggir pantai kita bisa juga menikmati sunset. Kita berjalan ke arah matahari terbenam, ibarat mengantar pulang sang surya. Sedikit keringat kita dapat, tapi tetap menyehatkan karena berjalan kaki tidak pernah rugi. Apalagi yang jalan bareng pasangan, Cieh… what a romance!

Pedi-Mani. Terakhir, khusus buat cewek-cewek nih yang main ke pantai. Daripada cuma bengong aja, boleh kok mencoba pedi-mani di pantai. Hah? Emang ada gitu? Kan mahal… Hey, jangan salah ladies. Ibu-ibu penjaja gelang atau kalung manik-manik juga menyediakan jasa pedi-mani dan nail polishing. Sekali lagi, asal pintar tawar-tawaran, kuku-kuku kalian pun bisa menjadi lebih cantik. Sambil kuku dihias, kalian masih bisa kok menikmati sunset.

Jadi, masih cuma mau bengong pas di pantai?

Bapakku dan Psikologi Terbaliknya

Bapakku bukan seorang ayah yang terbaik di dunia, aku tahu. Tapi, dia adalah yang terbaik yang aku miliki. Bukan aku jumawa mengatakan itu, aku mengatakannya karena cara unik Bapak mendidik aku dan kakak-kakakku zaman kecil.

Yang paling aku ingat adalah Bapak sering menggunakan psikologi terbalik jika mendapati anaknya berbuat suatu yang salah di matanya. Seperti contoh, ketika aku, kakakku, dan sepupuku memanjat tembok atau pohon. Orang tua sepupuku atau mungkin orang tua anak-anak lain akan berseru “Hei, turun. Jangan naik. Turun, nanti jatuh.” Maka, anak-anak kecil tidak menghiraukan dan tetap nangkring di atas, menunggu orang tua mereka mendekati pohon mengacung-acungkan sapu lidi penuh ancaman. Barulah anak-anak itu bergegas turun, atau malah tetap bertengger di atas karena kalau turun, maka sapu akan mendapatkan paha atau bokong mereka.

Tidak dengan Bapakku. Dia tidak akan berteriak atau mengacungkan sapu lidi. Dia cukup berkata santai, “Ayo, terusin. Naik aja. Sampai mana sih kamu bisa naik? Terus, terus.” Maka, aku dan kakak-kakakku secara otomatis akan melorot turun dari pohon atau tembok yang sedang kami panjat. Entah mengapa, kata-kata Bapak yang mendukung kami untuk terus memanjat membuat kami kikuk dan takut.

Pernah juga aku ketahuan main judi oleh Bapak. Judi mongmongan atau judi tebak gambar yang diadakan di depan balai dusun. Aku asyik sekali bermain dengan harapan akan menang banyak. Aku sampai tidak mengetahui jika Bapak telah berdiri di sampingku, kedua tangannya terkunci di belakang punggungnya. Tatapannya santai dan dia bilang, “Udah menang berapa? Kalau menang banyak, besok berarti punya uang jajan ya? Terus aja pasangin, itu tikusnya tembus ke ular, siapa tahu keluar. Banyak uang deh.” Aku gemetar dan langsung lari ke rumah, tidak mau main mongmongan lagi.

Ada beberapa hal yang bisa kuambil dari psikologi terbalik yang diterapkan Bapak. Pertama, bahwa membuat anak paham tidak selalu dengan teriakan dan ancaman. Kedua, anak akan mengerti sendiri hal-hal yang tidak boleh dilakukan. Ketiga, memberitahu anak bahwa hal ini atau itu tidak boleh dilakukan dengan langsung mengatakan “tidak”, sebenarnya mengebiri kemampuan anak untuk berpikir. Anak hanya akan mengetahui bahwa hal itu dilarang karena orangtuanya tidak menginginkannya melakukan hal itu, tanpa mengetahui alasan lainnya. Seperti saat Bapak lebih memilih untuk mengatakan “Terus naik”, aku pun berpikir bahwa tidak mungkin terus naik karena cabang pohon makin ke atas makin mengecil dan jadi ranting, bahwa ini adalah cabang paling kokoh yang bisa kupijak, bahwa jika kulanjutkan, aku akan jatuh dan luka. Aku tidak akan percaya dan tidak akan turun jika Bapak mengatakan sebaliknya, karena aku merasa aman di atas sana dan tidak mungkin terjatuh. Bapak mengatakan “Kalau menang, besok punya uang jajan”, dan itu membuatku berpikir bagaimana jika aku kalah, artinya besok aku tidak punya uang jajan. Maka, aku berhenti. Keempat, dengan psikologi terbalik ini, Bapak mengajarkan bahwa semua hal boleh dilakukan asal memikirkan akibatnya dan bertanggung jawab.

Jika terkenang masa-masa itu, aku hanya tersenyum dan berterima kasih di dalam hati pada Bapak yang telah mengajariku banyak hal.




*Catatan seusai menelepon Bapak