Thursday, February 28, 2013

MEMBERDAYAKANMU

Memberdayakanmu dalam karya sungguh bukan hal yang mudah

Diperlukan romantisme hujan di siang hari saat matahari menyalang di pusat langit lalu hadir pelangi
Diperlukan malam-malam yang dingin dengan gemintang berkelap-kelip dan rembulan setengah termangu
Diperlukan pantai dengan ombak berdebur-debur membuih ke tepi merangkul kemilau pasir
Diperlukan rindu yang menggelegak, banjir laksana rob, tak tahu muara dan tetap ada tanpa kawan
Diperlukan airmata sederas sungai, membasahi semua ingatan akan kisah nyata dan maya
Diperlukan sakit baik di jiwa maupun raga demi sebuah kejelasan fakta logika rasa
Diperlukan hati yang mampu mengecap sakit, airmata, rindu; juga mengkhayalkan romantisme pantai, malam dan hujan

: Hatiku, aku

Wednesday, February 27, 2013

ARTILERI

Tipografi

Diksi

Imaji
Auditif
Visual
Taktil

Kata
Benda
Kerja
Sifat
Keterangan

Majas
            Hiperbola
            Metafora
            Simile
            Ironi
            Paradoks

Rima
            Onomatope
            Aliterasi
            Asonansi
            Repetisi

Tema

Rasa

Nada

Amanat

Kulumpuhkan hatimu dengan puisi





Sky Garden, 26 Feb 2013 10.46 PM
           

    





Saturday, February 23, 2013

?

Menyentuh
Menggenggam
Apa rasanya?

Bermimpi
Berharap
Sekali lagi
Apakah salah?

Thursday, February 21, 2013

Permintaan Maaf Pada Para Sahabat



Jika suatu hari nanti aku dan Alex tidak bisa menyelamatkan hubungan kami, aku mohon kalian mengerti dan tidak menyalahkan siapapun di antara kami. Kami sampai saat ini masih berusaha untuk tidak mematahkannya dan masing-masing dari kami masih tetap mencari-cari alasan kenapa kami harus tetap bersama. Tetapi, seandainya kami tidak mampu lagi (dan kami mulai lelah mencari alasan), ini bukan karena kami tidak saling mencintai. Terkadang cinta tidak hanya cukup dengan rasa. Banyak hal lain yang harus kami hadapi. Perbedaan-perbedaan yang tidak terjembatani menjadi rintangan utama kami. Sebenarnya perbedaan-perbedaan yang muncul adalah hal-hal kecil dan sepele. Namun, ternyata hal-hal kecil itulah yang paling mendasar yang kami butuhkan dalam hidup.

Kami masih berusaha untuk memegang teguh apa yang kami punya. Kami berharap semua ini bisa kami lalui dengan mulus. Kami mohon didoakan agar bisa mengambil keputusan yang terbaik. Namun, sekali lagi, jika kami tidak lagi mampu bertahan bersama, maklumilah jika kami melepas bebas semua. Kami meminta maaf kepada kalian yang mendukung hubungan kami dan tentunya kepada kalian yang mengharap hubungan kami berjalan baik.

***

Benar saja, seusai aku mengetik dua paragraph di atas, Alex datang dan mengatakan bahwa kami tidak bisa bersama jauh lebih lama lagi. Semua sudah cukup, katanya. Aku mengamini. Perasaanku sedih tentunya, namun semua harus dihadapi dengan tegar. Aku sudah semestinya instrospeksi diri. Mungkin ini semua terjadi padaku karena aku terlalu mudah percaya. Tanpa berpikir lebih panjang dan lama, aku langsung merasa yakin bahwa dia yang terbaik. Aku yang berjiwa muda, memandang hal terlalu tinggi, naïf dan sempurna. Aku tidak melihat sisi lain dari hal-hal tersebut yang sesungguhnya patut menjadi pertimbangan. Aku yang berkepribadian bebas mungkin terlalu kaget dengan segala aturan yang diterapkan Alex yang secara tiba-tiba mengikat sehingga tidak menemukan kenyamanan selain menjemukan. Mungkin aku memang salah sejak awal.

Kalian, para sahabat, sudah cukup tahu banyak yang kami alami. Alex adalah sosok yang baik. Hanya saja mungkin tidak didesain oleh Tuhan untukku. Pada akhirnya, semua harus menemui akhir. Tidak terkecuali tulisan ini. Tidak terkecuali hubungan kami. Semoga semua berbahagia dengan keputusan ini.

KEPADA: HATIKU




Hai, jangan kau bersedih
Apalagi menangis pilu
Terlalu hina, tahu?
Lepaskan saja
Luka ini bukan yang pertama

Tentu saja kau sadar
Kau akan semakin tegar dan kuat
Lalu membuat sesal berkepanjangan
Di sembilu yang melukaimu

Dongakkan dirimu
Lihat dengan jelas sekitar
Ada cinta dari sahabat-sahabatmu
Ada cinta dari dia yang menyayangimu
Ada cinta dari musim-musim dan cuaca
Ada cinta dari jengkal-jengkal tanah
Ada cinta di lembaran langit siang malam
Ada cinta di air yang mengalir
Ada cinta di api yang memercik
Ada cinta di setiap ruang bumi

Selalu ada cinta untukmu
Raihlah




~Catatan di saat segala upaya menemui jurang kegagalan dan tidak mampu lagi bertahan~

Wednesday, February 20, 2013

PELANGIKU (2)

Jangan pernah meredup, Pelangiku
Kusiapkan lagi gerimis hujan
Kubernaskan lagi cahaya surya
Biar mereka membias padu
Memberikan kembali warna padamu

Dan kamu
Melengkung indah
Di lelangit hatiku

Jangan meredup, Sayang
Aku di sini







~Cepat sembuh, Pelangiku~

"Jangan pernah tanya kenapa karena rasa ini cukup dirasakan. Tidak usah ditanya. Satu hal yang pasti: kita saling menyayangi dan kita adalah pelangi."

RINDU

Siapa sudi menyinari rinduku yang temaram
Di malam-malam yang begitu erat berkawan
Menggigil rasa mengawang sendu
Terjejak padat di ruang hati yang pelik

Ngilu

Rindu





~Catatan saat langit mulai menghujani bumi dan aku mulai merasa kelu akan rindu~

Tuesday, February 19, 2013

KIMIAWI CINTA


Phenylethylamine tercetus di otakku
Sehabis menangkap pesonamu

Dopamine, bekerja layaknya kokain
Didampingi Norepinephrine
Menimbulkan gelora disertai adiksi tinggi

Adrenalin memacu debar-debar jantung
Serotonin menjadikanku seolah sakit jiwa

Endorphin, penyamaran sempurna morfin
Mencipta kenyamanan di tubuhku

Berkonspirasilah mereka bersama darah
Menggempurku dengan Cinta






*Tahu bahwa cinta tidak hanya sekedar rasa, tetapi juga kimia sejak menulis skripsi tentang disfungsi seksual yang dialami Maria, tokoh utama dalam novel Eleven Minutes karya Paulo Coelho*

Monday, February 18, 2013

LANGITMU

Cemburu menampakkan diri pagi ini di hatiku
Memberitakan kamu nampak tidur pulas
Di pangkuan hangat langit ujung barat

Cemburu tidak pernah tahu
Aku adalah segala penjuru langit
Tempat kamu merebahkan pepucuk cinta

MITOSIS

Memberikan kamu hati
Memberikan dia raga

Membiarkan jiwa bersamamu
Membiarkan mata menatapnya

Melingkarkan hasrat di bayangmu
Melingkarkan lengan di tubuhnya

Aku milikmu
Aku miliknya
Bisakah aku membelah diri?








*Mitosis adalah salah satu cara sel membelah diri untuk menghasilkan dua sel anakan yang bersifat identik secara genetis




 

Saturday, February 16, 2013

PELANGIKU

Pelangi di langit senja Denpasar 24 Des 2011

Mendengarkah kau?
Gemericik hujan pengundangmu
Telah usai berkumandang
Terbang ke lain angkasa

Melihatkah kau?
Rekam jejak warnamu
Di ujung indah korona
Sudah lama tiada

Merasakah kau?
Hilang lingkar lengkungmu
Membentuk segenggam pedih
Di lembah hati terdalam

Kembalilah
Ketika kemarau telah mati




~Catatan untuk AD. Pelangiku~

MENJADIKANMU SEJARAH


Sampai di sini saja

Menggenggammu serupa membekap seekor burung kecil
Aku tangkupkan kedua telapakku demi mencegahmu terbang
Aku enggan kehilangan nyanyian merdumu
Aku tidak mau kehilangan penyejuk hati
Kugenggam, kebekap semakin erat
Terasa pijakan kaki-kaki mungilmu menghentak
Sayapmu berusaha mengepak untuk bebas
Sampai akhirnya kamu mati jua

Membekapmu seperti menggenggam pasir
Aku kepalkan tanganku kuat agar kau tak luruh
Aku enggan kehilangan kilau indahmu
Aku tidak mau kehilangan hiasan terindahku
Kugenggam, kukepal semakin kuat
Terasa bulir-bulirmu berdesakan penat
Dorong-mendorong berusaha meloloskan diri
Sampai akhirnya kamu landas jua

Sampai di sini saja

Tiada guna menggenggam
Tiada guna membekapmu lebih lama
Kubiarkan kamu pergi
Aku membebaskanmu
Walau masih terasa injakan cakar burung kecil itu
Walau masih tersisa butiran pasir menempel
Tiada guna
Tiada guna
Kujadikan kamu sejarah
Tak akan kutengok lagi

Pergilah
Pergilah

Sampai di sini saja




~Catatan saat tergila-gila pada lirik lagu Stay dari U2~

Caraku Memikirkan Kamu


Di sini sudah pukul 1.03 AM, hampir subuh. Aku belum tidur lagi semenjak terbangun kemarin di jam 3 pagi. It means, I have been awake for almost 24 hours. May be you're wondering what keeps me awake. Simple, it's you.

Pikiranku terlalu sibuk akan kamu untuk menoleh pada kantuk. Pikiranku terus bertanya-tanya dan berandai-andai. Pikiranku berusaha menemukan setitik cerah dari kepekatan yang kamu jaga rapat-rapat. Pikiranku mengorek semua informasi yang selama ini kamu jejalkan, yang kamu paksakan untuk membentuk dimensimu sendiri untuk aku citrakan. Pikiranku berusaha memecah partikel terkecil tentang kamu. But, still, you remain a mystery. 

You're just like the sun. You shine so bright that I can't stare at you directly. You are very warm, however I can't be near you, unless I want to get burned. You look so close, yet so far. You're here, but you're actually not. Semua kontradiksi yang kamu bawa mampu melengkapi misteri yang kamu reka. Komplit sudah tentang rahasia.

Bisakah kamu tidur nyenyak dengan semua ini? Ah, aku berani bertaruh bahwa sekarang kamu sedang meringkuk nyaman di tempat tidur, berbagi selimut dengan seseorang karena hujan sedang gemericik turun. Kamu tidak pernah sungguh-sungguh peduli akan aku dan perasaanku, apalagi akan waktu tidurku yang secara tidak langsung telah kamu sita. 

Have I ever crossed your mind? Have I ever dominated it even just once? Jika iya, apa tentangku yang kamu pikirkan? Apakah tentang rindumu yang tersulut-sulut? Atau tentang cintaku yang klasik pun kekanakan? Aku meragukan kamu rindu. Aku jauh lebih yakin, jika aku melintas secepat meteor di kepalamu, itu adalah saat kamu membuat rencana untuk membuatku jatuh lebih jauh lagi ke dalam permainan rasa yang kamu gagas. May be it's fun for you to see me falling for what makes me fall apart. Such a great fun, isn't it?

Now, let me walk you into the 'if' part. Bagian ini termasuk imbas yang diakibatkan oleh kemisteriusan profilmu. Siapapun tidak akan memungkiri kehadiran bagian ini. What if you are not what you told me about, not even an inch of it? That's the worst thing that I could think of. Kamu bukanlah kamu yang kamu ceritakan, bukan sama sekali. Tidak satupun dari cerita itu adalah kamu. Semua cerita itu hanya kamu sadur dari kisah kehidupan orang lain, fantasi dan imajinasi. Masih beranikah kamu untuk jujur?

Bagaimana jika (sekali lagi 'jika') suatu saat kamu punya keksatriaan untuk menemuiku, apa yang ingin kamu lakukan pertama kali? Meminta maaf? Menjabat tangan? Mengelus wajah? Memeluk? Mencium-seperti yang biasa kita lakukan di pesan-pesan singkat yang kita kirim? Oh, wait! Those last three are hardly going to happen. It seems like this 'if' part has been out of the line. I'm going to stop right here.

Well, not really. Masih ada satu 'jika' yang perlu kamu ketahui di sini. Bersiaplah.

Bagaimana jika aku pun tak ubahnya dirimu? Aku memberimu kisah dan rasa yang sesungguhnya tak pernah ada. Aku juga berpura-pura nyata di belanga pikiranmu hanya agar aku mampu mencipta tulisan-tulisan ini.

Time for you to think. I'm going to bed since it's already 1.54 AM here. So, have a good one.

Friday, February 15, 2013

Aku Nyata, Aku Punya Cinta

“Dia menipumu. Dia tidak nyata. Sesuatu yang tidak ada mampu mengelabuimu. Itu bodoh. Double bodohnya ketika kamu tidak memutus tali silaturahmi apalah itu. Taruhan, kamu akan jadi triple bodoh sebentar lagi karena dia berhasil menipumu kembali,” begitu komentar orang-orang terdekatku saat aku nyatakan hubungan kita terus berlanjut dan aku bahagia dengan adanya kamu di sini. Jujur, aku kalah oleh komentar itu.


Meski aku mencoba untuk tidak peduli, namun masih ada satu sisa pertanyaan yang tergagas setiap kali masa lalu—jika itu bisa disebut masa lalu—menyentak:  Kenapa?


Kali ini aku tidak memiliki harapan apapun tentangmu. Tidak tentang kedatanganmu, tentang kejujuranmu, juga tentang perasaanmu. Nihil harapan. Fantasi saja, tidak akan kukembangkan menjadi asa, impian atau cita-cita. Sebab, aku tahu semua harapan terdahulu hanya kosong semata. Harapan hanya akan makin menjadikanku seorang masokis, menyakiti diri demi memperdalam luka kekecewaan yang belum sembuh benar. Sungguh tidak bagus.


Hanya saja, satu tanya tadi masih setia mengawang-awang: Kenapa? Tanya ini ditujukan untuk masa lalu kita. Tanya ini membungkus semua tanya yang ingin kuajukan, yang kuinginkan berkawan dengan penjelasan mendalam. Semakin lama, semakin kuabaikan, semakin aku berusaha tidak mengucapkannya, dia semakin membesar layaknya balon ulang tahun yang ditiup terus menerus hingga kulitnya menegang, menipis, siap meletup dan merusakku permanen.


Aku tidak mau satu tanya ini meledak. Jika nanti dia sudah menemukan jawaban, akan aku lepas ke udara. Aku biarkan dia terbang, mencari rumahnya sendiri yang bisa dihuni mesra bersama jawaban. Jika nanti dia sudah bahagia dengan jawaban, aku akan tetap mencinta seperti sedia kala. Cinta yang mungkin disertai dengan permintaan: tetaplah di sini dan jangan membodohiku terus-menerus. Mungkin juga tidak ada rasa apapun yang tersisa, termasuk rasa percaya yang kini tinggal setengah mangkuk saja.


Aku nyata, pun cinta yang kupunya. Banggakah kamu mengetahui ada seseorang di seberang nusa yang mencintaimu tanpa mengetahui betul dirimu dan masih pula kamu sempatkan untuk membuatnya tampak bodoh? Bangga? Senang? Puas? Aku nyata, berwujud ada, dan punya hati yang merasa. Masih tegakah kamu menjadikanku satu dari sekian wayang pertunjukanmu? Tergelak-gelakkah kamu saat mengetahui aku memakan umpan yang kamu lempar? Terbahak-bahakkah kamu mengetahui kamu mampu membawaku ke salah satu kreasi narasimu? Aku nyata, aku manusia, dengan cinta yang kupunya, aku jadi percaya. Padamu. Dan masih saja aku menjadi bahan leluconmu.


Aku marah pada diri sendiri karena mengambil keputusan untuk memberimu kesempatan sekali lagi. Perlahan kuketahui juga kamu tetap seorang yang sama, yang gemar menanam duka, menebar lara dan menyembunyikan pelipurnya. Aku marah pada hatiku yang melemah tanpa ada kamu dan kisahmu. Meski alam sadarku telah memagarinya, melindunginya dari retasan cerita yang kamu dapat entah dari mana, hati ini tetap saja merengek meminta kamu. Itulah dualisme yang tak bisa aku kesampingkan. Aku cukup waspada untuk serangan kedua yang sedang kamu gencarkan sementara aku masih benar-benar cinta pada sosok yang kamu cipta. Berusaha untuk tidak terlalu mabuk, namun aku sekaligus tak kuasa memadamkan percik cinta.


Siapakah kamu sesungguhnya? Terbuat dari apakah hatimu? Bagaimana kamu bisa menjadi sosok yang sempurna yang aku inginkan, yang dikagumi dan ingin dimiliki oleh hatiku yang lugu? Dari mana semua kemampuanmu itu berasal? Kapan kamu bersedia mengakhiri dagelan siksa ini? Kenapa aku?


Aku sesungguhnya lelah. Aku tidak ingin mendera siapapun, tidak kamu, tidak kekasih sejatimu, tidak teman hidup yang kupilih, termasuk tidak diriku sendiri. Siksa ini sudah melewati batas kemampuan jasmani dan rohaniku untuk menahannya. Aku menanggung semua sendiri, tahu? Aku sendiri. Aku lemah. Kasihanilah aku.


Berhentilah berpura-pura dan jawab saja.



~Catatan yang kukirimkan padanya lewat email. Masih setia menunggu jawaban. Selama masa menunggu ini, mari tetap berbagi~