Sunday, February 19, 2017

Kubiarkan Saja

Wanita di depan pintu rumahku menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku mengerti. Ada kerinduan di sana. Ada rasa kecewa. Ada ribuan pertanyaan dan tuntutan.

"Hai. Been a while," ucapku demi mencairkan sepuluh detik saling menatap itu. Ya, aku mengenalnya. Dia adalah teman semasa kuliahku dulu. Teman. "Apa kabar, Chirr?" tanyaku. Dia tampak menarik nafas panjang dan menghembuskan dengan berat sebelum menjawab, "Baik."

Aku mempersilakan dia duduk di bangku teras. Kami duduk terdiam. Aku memperhatikan anak-anak tetangga bermain sepeda dan mengoceh berisik. Dia dengan pikirannya sendiri. Ini terlalu canggung. teramat sangat canggung. Hampir 7 tahun tidak berjumpa dan tiba-tiba saja dia muncul di depan rumahku. Aku pun bertanya-tanya bagaimana caranya.

"Aku ambilkan minum dulu ya," pecahku atas keheningan di antara kami.

"Dia merasa bersalah," cegatnya. Aku tak jadi beranjak. Sebelum aku bertanya siapa yang dimaksud 'dia', temanku itu melanjutkan, "Sampai dengan detik ini dia belum juga menikah. Apa yang telah kamu lakukan padanya?" Dia bertanya atau menuntut. Tidak dapat kubedakan.

"A-apa?" Aku tergagap. Belum sepenuhnya mengerti yang dia katakan.

"Kamu menyakiti kakakku begitu dalam. Dari awal aku tidak setuju dengan hubungan kalian. Hubungan kalian merusak persahabatan kita. Lalu sekarang, hubungan kalian merusak hidup kakakku," sengitnya.

Aku terdiam. Membiarkan dia dan emosinya menyerangku. Membiarkan dirinya menganggapku sebagai orang yang jahat. Aku merasa tidak perlu menjelaskan apapun padanya. Kubiarkan kedatangannya sia-sia dengan tidak mendapat jawaban atau apapun sebenarnya yang dia inginkan dari kehadirannya secara tiba-tiba di hadapanku. Dia masih terus berbicara. Entah apa. Aku tidak lagi mendengarkan. Kubiarkan dia. Biar dia lega. Sedikit.

"Ibu..." anakku menghampiri. Aku tersenyum pada anakku dan sekilas aku lihat wajah temanku penuh dengan keterkejutan. Dia bergegas pergi. Tanpa berkata apapun. Mungkin hanya berbekal asumsi. Tentang aku, tentang kakaknya. Kubiarkan saja.

~catatan sebelum makan siang sambil mendengarkan Use Somebody versi Bossa Nova~