Saturday, January 25, 2014

Memelihara Ikan Sungguhan

Ah, sudah berapa lama tidak kutengok blogku ini? Sepertinya sudah lamaaaaa sekali. Kali ini aku tengok pun karena aku kangen pada ikan-ikanku. Mereka sehat. Masih genap sepuluh ekor dan kuberi makan, juga aku ajak berolahraga.

Beberapa bulan lalu, aku memutuskan untuk memelihara ikan sungguhan di kos. Ikan cupang jantan berwarna biru gelap dengan sirip dan ekor merah menyala. Akuarium bowl yang aku gunakan adalah pemberian adik sepupu. Ikan cupang itu aku beri nama Ucup (awalnya aku berniat memberinya nama Evan Dimas). Aku beri makan cacing kering instan.

Tidak berselang lama, aku memutuskan untuk mencarikan teman bagi Ucup. Kubeli lagi seekor cupang jantan berwarna biru terang dan seekor cupang betina berwarna sama. Aku juga membeli sebuah akuarium kaca ukuran sedang untuk Ucup. Akuarium bowl untuk si biru jantan yang kuberi nama Encep, dan satu toples bekas sosis untuk si betina Ucrit.

Entah aku yang tidak bisa memelihara ikan atau memang ikan itu yang ogah denganku, satu per satu dari mereka tewas mengenaskan. Ucrit tewas di lantai. Entah bagaimana ceritanya dia tergeletak di belakang pintu kamar kosku. Entah apa yang menakutinya di dalam toples sosis hingga bisa meloncat keluar hingga terbujur kaku di lantai. Ya sudah, kukuburkan dia di taman tanaman hias depan kamar. Hitung-hitung sebagai humus bagi tanah dan pupuk bagi tanaman.

Encep menyusul Ucrit tidak lama. Entah dia stres, entah dia sedang tidak enak badan, masuk angin, kedinginan hingga flu karena terlalu lama di air, dia mogok makan. Berhari-hari pasokan makanan yang kucemplungkan mengendap begitu saja di dasar akuarium bowl. Kubersihkan tiap tiga hari sekali karena sering keruh oleh endapan makanannya. Akhirnya, Encep melepas diri juga. Pagi-pagi kulihat dia mengambang vertikal dengan mulut mendongak ke atas. Tidak bergerak.

Kasus yang sama menimpa si tua Ucup. Ketika aku tulis post ini, dia telah tiada. Tadi pagi. Dia juga mogok makan, seperti menunjukkan kalau dia memiliki solidaritas yang tinggi pada temannya si Encep. Tiap kucemplungkan cacing kering ke akuariumnya, dia tangkap untuk kemudian dilepeh. Begitu terus. Tangkap, lepeh. Tangkap, lepeh, Tangkap, lepeh. Sampai mati. Innalillahi.

Aku sedih. Mereka kesayanganku. Sekarang akuarium kaca, akuarium bowl, dan toples sosis itu kosong. Melompong. Dan di sinilah, di blog ini, aku kembali 'memelihara' ikan berjumlah sepuluh. Salah satu dari mereka bernama Ucup, Encep dan Ucrit.


~RIP~