Tuesday, October 29, 2013

Jodoh (Tak) Lari Ke Mana



Pasangan selebriti muda itu dengan mantap mengatakan, "Kalo jodoh, ga bakal lari ke mana,"

Oh ya?

Kalimat 'Jodoh tak lari ke mana' bagiku hanyalah akan menjadi sebuah kalimat penghiburan tanpa makna bagi mereka yang baru mengalami putus cinta akibat banyak faktor jika mereka tidak melakukan apapun untuk si jodoh itu, menontoninya mengalir layaknya air.

Bisakah jodoh diam di tempat tanpa dijaga?

Mampukah jodoh bergeming tanpa dipertahankan?

Mampukah jodoh menang jika tidak diperjuangkan?

Bisakah jodoh berjodoh tanpa diyakini?

Bisakah jodoh berjodoh tanpa ada usaha?

Think!



~Catatan yang terlalu acak dan terlalu absurd di pagi hari akibat terlalu bersemangat menonton infotainment~

Sunday, October 20, 2013

DREAMS


Sebenernya aku ga tau apakah terlecut menuliskan semua ide di kepala setelah membaca post seorang kawan itu bagus atau tidak, tapi tetap saja aku akan melihat sisi baiknya saja: aku berhasil menuliskannya.

Tulisan ini terlahir setelah membaca salah satu post dari Jessica Permatasari, seorang sahabat, mentor sekaligus inspirasi bagiku. Tulisannya mengambil topik 'Impian' atau 'Cita-cita'. Bukan cita-cita yang terdengar nyata, namun sesungguhnya abstrak seperti zaman kecil dulu yang berkutat pada "Aku mau jadi tentara", atau "Aku mau jadi dokter", melainkan cita-cita yang lebih luas, yang mengarah pada aktualisasi diri, hal apa yang mau dicapai, hal apa yang mau dilakukan demi kebaikan bersama. Kalian mengerti? Aku tidak berani jamin karena pola pikirku dan JessPer adalah pola pikir yang sama sekali asing bagi manusia-manusia normal seperti kalian, yang taat pada kaidah dan norma. :p kidding!

But, hey, anyway, seusai membaca post JessPer, aku langsung menghubunginya melalui WhatsApp. Berikut isi pesan-pesan yang kukirim padanya:

- Hey
- Are you there?
- Just read your post about dreams
- Haha
- Dari kemarin2 mau post dengan topik yg sama tapi belum ada waktunya
- Kita punya mimpi utama yg sama: study abroad
- Tapi, berhubung susahnya menggapai ke sana, aku mulai sedikit berdamai dg cita2 itu
- Mengubahnya menjadi: kuliah lagi (S2)
- Tidak peduli di mana, asal kehausan akan ilmu tetap bisa diatasi :D
- Akhirnya kemarin search tentang beasiswa dikti dan setelah berdiskusi lama dg ortu dan juga teman2, mereka mendukung sepenuhnya. Bahkan menyarankan ambil kajian pariwisata unud krn ada program 1 tahun double degree ke prancis
- Yah mereka (teman2) tau aku sangat ingin ke sana *Ini maksudnya mau ngetik ke luar negeri, malah yang terketik ke sana, otak dan tangan tidak sinkron saking semangat melakukan sharing
- Sekarang tinggal mengusahakannya saja

Lalu WhatsApp berikutnya yang aku kirim adalah tentang rencana-rencanaku dalam proses mewujudkan cita-cita S2 ini, juga tentang impian lain seperti memberikan bantuan buku tulis pada sekolah di Singaraja dan impian mengenai ide clothing line.

- Well, all sounds "You're out of your mind", but you know... I'm just a person who shoots for the moon... If I miss, I still land among the stars
- So yeah... Let's move and make our dreams come true
- Butuh waktu dan tidak instan. Tapi... semoga semangat kita untuk meraih semua impian mulia itu tidak pernah surut atau padam. Insya Allah selalu ada jalan.
- Amin
- Sekian dari saya
- Wassalam
- B-)

Sedikit ulasan akan aku berikan untuk masing-masing impian yang aku punya. Pertama, melanjutkan kuliah ke jenjang S2. Impian ini bahkan muncul sebelum anak-anak sepermainanku mengetahui tentang bangku kuliah. Sejak SMP, aku sudah punya impian ke Jogja, melanjutkan S1 dan itu tercapai, meskipun tidak kuliah di universitas impian dan jurusan idaman. Tetapi, kini aku berbangga diri menjadi alumnus universitasku. Sejak SMP pula, aku telah mampu memvisualisasikan di mana kelak aku akan bersekolah lagi, mengambil gelar master: Australia. Well, ini tak lepas dari akibat kunjungan salah satu SMA dari Australia ke SMA kakakku saat itu. Dari kunjungan itu, kakakku mendapat sebuah buku kecil tentang Australia. Buku itu sangat indah apalagi di halaman yang ada night view di Hobart: sebuah foto yang menggambarkan jalanan berkelap-kelip oleh lampu kendaraan dan gedung-gedung pencakar langit yang juga bermandi cahaya. Romantis. Maka, sejak itu impianku adalah bersekolah ke Australia. Namun, apa daya, persaingan memperoleh ADS sangat ketat. Hal itu membuatku mundur teratur dan menyimpan impian itu dalam peti. Sekarang, mimpi itu sudah tidak kuat lagi lama-lama terkurung dan ketika aku membebaskannya, dia ternyata telah berubah menjadi lebih realistis. Semoga tercapai. Amin.

Kedua, perihal sumbangan buku tulis ke sekolah di Singaraja. Ini murni kesadaran diri untuk berbagi. Teman-temanku dan aku suka berkaraoke. Menraktir saat ulang tahun di karaoke adalah hal yang lumrah bagi kami. Tak jarang kami mengeluarkan uang cukup banyak untuk 2 jam kesenangan. Dari situlah aku berinisiatif mengalokasikan dana traktrian karaoke saat aku berulang tahun untuk membeli buku tulis, membantu anak-anak di pelosok Singaraja yang bahkan menikmati kesenangan saja susah. Aku pun meminta teman-teman untuk bersedia memberikan kado ulang tahunku berupa buku tulis. Aku yakin mereka mendukung penuh. Impian ini baru merangkak, belum sempurna benar terwujudnya. Jika nanti impian ini bisa berlari kencang, maka tidak menutup kemungkinan aku akan mengembangkannya menjadi agenda tahunan. Satu hal bisa dipastikan bahwa nantinya semua sumbangan bukan atas namaku, melainkan atas nama seluruh penyumbang dan secara tidak langsung nama almamater penyumbang, nama orang tua penyumbang, nama orang-orang di sekitar penyumbang yang selama ini telah berperan dalam menumbuhkembangkan penyumbang menjadi pribadi-pribadi yang mulia, yang tulus ikhlas berbagi dengan sesama. Semoga tercapai. Amin.

Ketiga, sekaligus terakhir, tentang clothing line. Aku tidak akan bicara banyak di sini karena sebuah prinsip yang menyatakan bahwa ide intelektualitas sangat mahal harganya dan rentan pembajakan. Yang jelas, ide clothing line ini adalah sebuah upaya pemberdayaan potensi diri dan lingkungan serta sebuah upaya penyadaran SDM di lingkungan itu sendiri. Bukan, ini bukan tentang menjaga lingkungan tetap asri dan hijau. Ini adalah sebuah ide untuk menyentak masyarakat bahwa mereka memiliki sumber daya yang tidak kalah kuat di banding yang lain. Semoga tercapai. Amin.

Aku sampai pada bagian kesimpulan. Entah di sini kalian menyimpulkanku sebagai orang yang ambisius terhadap hal-hal yang bersifat impulsif. Atau kalian akan mencapku sebagai orang yang memiliki tendensi obsesif, aku tidak akan protes. Hanya ini yang mau aku katakan:

Jika kau berani bermimpi, usahakan!
Jika impianmu telah tercapai, bagikan!
Maka, sesungguhnya kau tidak pernah berhenti belajar.



~Catatan pagi buta dari aku yang kecil dengan impian yang tidak kerdil~



19/10/2013 subuh

Wednesday, October 9, 2013

Es Teh Manis Berembun


Aku sudah tidak sabar lagi. Buru-buru aku raih sepeda gayungku dan menggowesnya dengan kecepatan maksimal. Tak kupedulikan jalanan ramai oleh lalu-lalang mahasiswa, laju motor dan mobil, juga jejeran tukang cemilan. Aku kebut saja, bahkan banyak yang memaki-maki dan meneriakiku akibat nyaris kulanggar. Sungguh maaf, tapi aku tidak mau memperlambat lajuku. Aku harus segera sampai.

Di dekat kios tukang bubur ayam, aku menikung ke kiri. Melaju lagi masih dengan kecepatan maksimal. Induk ayam dan anak-anaknya berkeciap panik saat aku memotong jalurnya, mereka beterbangan dan berpencar ke segala arah. Kulewati juga dua orang tua berumur sekitar 70an yang sedang memandangi bidak-bidak catur, mereka bergeming saja. Terus aku mengendarai sepedaku, hingga aku tiba di depan sebuah warung berarsitektur bambu. Keringatku mengucur deras, tapi udara sejuk dari dalam warung sederhana itu menepis rasa panas yang kurasa.

"Es teh manis, satu!" teriak seorang lelaki yang berdiri di balik meja kasir. Lelaki itu tersenyum, memandangku tak lepas. Aku pun membalas senyumnya dan duduk di lesehan yang di sampingnya tergantung hiasan bambu yang mengeluarkan bebunyian merdu jika tertiup angin.

Lelaki itu, pemilik sekaligus pengelola warung bambu sederhana ini. Tinggi, tegap, manis, dan rupawan. Hanya itu saja yang aku tahu. Selebihnya aku buta dan aku jatuh cinta. Dia pun hanya mengenalku sebatas pelanggan yang datang tiap hari dengan satu pesanan saja: es teh manis.

"Satu es teh manis," ucapnya saat menyajikan minuman itu di mejaku.

"Berembun," kata terakhir yang diucapkannya nyaris bersamaan denganku.

Di dalam segelas es teh manis berembun aku tersesat.


~catatan sambil dengerin Banda Neira "Ke Antah Berantah" tiada henti~

Friday, October 4, 2013

ILUSI

Diamku
Lalu kamu
Dan terus kamu
Melukis pelangi di ubun-ubunku
Mewarnai pelangi di dadaku
Serupa tanya
Serupa teka-teki

: Masihkah kamu ada?

Tuesday, October 1, 2013

Wara Wiri Angels



Kangen. Itulah yang aku rasakan saat memandangi foto-foto yang aku simpan di Eces Kecil, netbook-ku. Wajah-wajah dalam foto itu sudah jarang sekali kutemui. Kami sudah sangat jarang pergi ke suatu tempat dengan ‘pasukan’ komplit. Kami sudah hampir tidak pernah lagi menggila bersama.

Semuanya bukan tanpa alasan. Semuanya bukan karena kami merenggang. Keadaan, keinginan, kesibukan dan impian yang mengharuskan kami berjarak. Pernikahan yang disusul kehamilan, pekerjaan baru yang langsung dibuntuti kesibukan, dan kehausan akan ilmu yang menuntut untuk terbang lintas negara.

Beruntung sekali, masa-masa bahagia itu sempat kita cicipi bersama. Good luck for us, Wara Wiri Angels. Bottoms up! Cheers!








~catatan kangen~