Wednesday, March 27, 2013

GENGGAM TANGANMU



"Jangan lepaskan tanganku,"

Tidak, tidak akan!
Kutaut terus
Kutahu jika kuluruhkan
Hatimu ikut terhempas
Jantungmu menyurut denyut
Hidupmu runtuh terpuruk
Dari keping jadi puing

Tanganmu dalam genggamanku
Berkelok ke setapak teduh

Friday, March 22, 2013

DIANA HARI INI


Diana sedang gila. Semenjak dia pulang subuh-subuh dari warung internet dekat kos dua hari lalu, dia menjadi pendiam. Wajahnya bertekuk-tekuk pertanda sedang memikirkan sesuatu. Tak ada yang berani mendekat untuk bertanya ada apa. Namun, wajah itu terkadang mengguratkan senyum tipis. Meski tipis, tapi terlihat amat kegirangan. Oleh karenanya dia disebut sedang gila.

Hari ini dia mencuci baju sambil mendengarkan iPod lewat headset putih kesayangannya. Kepalanya tergerak-gerak seperti mengikuti not lagu. Tidak peduli apapun, siapapun di sekelilingnya yang memandangi dengan tatapan aneh setengah mengejek. Dia tidak dengar. Tidak pula melihat karena sibuk berkonsentrasi pada cuciannya. Atau pada lagu yang ia dengarkan? Entahlah.

Hari ini lain lagi. Dia libur kuliah. Biasanya hari libur dia pasti bertandang ke kamar kami satu-satu untuk sekedar ‘ngecek’ atau curhat. Tapi, dari membersihkan belek mata hingga matahari sudah setengah tiang di ufuk barat, dia tidak muncul untuk ngabsen di kamar kami. Terdengar sayup-sayup lagu dari kamarnya. Lagu yang sama, diputar berulang-ulang. Untungnya suara penyanyi lagu itu tidak jadi  serak atau soak karena mesti konser seharian di kamar Diana.

Hari ini kulihat dia melamun di ruang tamu. Earphone tersambung dari ponsel ke telinganya. Menutupi misteri suara di sekitar orbit Diana. Dia tergidik-gidik sendiri. Tersenyum lalu berganti wajah kagum yang luar biasa. Hey, tunggu. Wajah itu, wajah jatuh cinta. Ha, siapa gerangan?

Hari ini kuberanikan diri bertanya. Kugedor pintu kamarnya hingga nyaris runtuh. Dia keluar kamar dengan mata berlinang. Tapi, itu bukan airmata kesedihan. Itu airmata haru. Lagi-lagi, jatuh cinta.

“Siapa lelaki itu?” tembakku langsung. Diana tergagu. Senyum merekah. Alih-alih menjawab tanyaku, dia berlari ke kamar, mengambil iPod kemudian memasang headset putih kesayangannya di telingaku. Volumenya pekak di telingaku. Dunia seakan bisu. Hanya suara dua orang penyanyi dari iPod yang terdengar. Seperti di surga rasanya mendengar mereka bernyanyi. Dan…wow! Suara penyanyi prianya! Tak bisa kujelaskan. Sungguh lelaki. Cukup dua kata itu saja. Siapa dia? Membuatku…

“Ugoran Prasad. Multiple eargasms, huh?” ucap Diana seperti membaca pikiranku. Atau ekspresi wajahku? Entahlah.



~a note while listening to Frau feat. Ugoran Prasad of MelBi’s Sepasang Kekasih yang Pertama Bercinta di Luar Angkasa~


PS: Sudah pernah kirim cerita ini di facebook, di sini sedikit saya ubah satu kata di versi facebook agar tampak lebih sopan. Hehehe

CINTA PAGI


Apakah cinta yang kita pelihara?

Yang diam-diam menyisipkan rindu di sela hati
Mengikuti gerak matahari terbit di timur jauh

Yang mengendap-endap menyusupkan senyum di lekuk bibir
Sesejuk embun di ujung dedaunan hijau

Yang perlahan mengguratkan bahagia di jiwa
Menebar hangat lewat salam merdu burung-burung

Ya, ini cinta
Karena kita tak kuasa menahan diri
Saling mencapai, menggapai

Wednesday, March 20, 2013

SUDUT-SUDUT


Rentangmu, bentangku
Jauh berkelok ke sudut-sudut terpencil
Tak pernah meruncing
Menuju sudut selaras


Tuesday, March 19, 2013

MALAM BERKISAH




Malam ini tak ada lagi doa
Ada cuma duka
Lalu kenapa?

Ah, tidak. Sama-sama malam saja

TERJEBAK


Di antara kehilangan kepercayaan dan tetap menggenggamnya
Di antara kempitan pengap cinta dan kecewa
Di antara melanjutkan perjalanan atau berbalik arah
Di antara diam menunggu atau beranjak pergi
Di antara tempaan amarah dan iba
Di antara luapan rindu dan tumpahan kalut
Di antara desingan buta rasa dan kesadaran jasmani
Di antara pilu kenyataan dan naif khayalan
Di antara indah pengalaman dan duka pendampingnya
Di antara pahitnya kejujuran dan buaian dusta

Aku di antara

Monday, March 18, 2013

CINTA SIANG



Cinta ini adalah siang
Suhunya panas sebab gejolak hebat di hati
Senantiasa lapar dan dahaga oleh rindu yang tak pernah henti
Dan tidur adalah caranya untuk menjumpakan kita

Sunday, March 17, 2013

MENUNGGU TUHAN


Tuhan, aku menyayanginya. Aku merintih berlinang airmata. Sepi. Tidak ada yang menjawabku. Malam semakin hening dan isakku yang lirih semakin nyata.
 
Tuhan, Kamu di sana? Sedang apa? Menikmatiku yang terdera cinta? Baiklah, nikmati saja, Tuhan. Aku akan terus mengucapkan cintaku ini. Kuanggap ini sebagai puja-puji padaMu yang memang patut disyukuri.

Aku sungguh tidak mengerti alasanMu memberi rasa ini padaku. Cinta yang luar biasa besar pada seseorang. Dia pun memiliki cinta yang sama untukku. Namun, di saat bersamaan Kamu pasang segala rintangan membentang di sepanjang perjalanan cinta ini. Oleh karena demikian, sekuat tekadku, aku memaksa cinta ini untuk pergi dari hatiku. Dia enggan beranjak. Kembali aku menuntutMu, menanyakan maksudMu memberikan cinta sekuat ini-sekaligus aral-bercokol dalam keberadaanku. Apakah Kamu tulus memberikan cinta ini? Aku meragukan jika Kamu menjawab iya karena kenyataan yang Kamu berikan tidak berbanding lurus.

Ini ujian, bukan? Untuk apa Kamu memberikan ujian seperti ini? Apa untungnya bagiMu? Ah, mungkin dengan mengujiku, Kamu bersenang-senang melihatku tersuruk-suruk mengangkut cinta yang berat bobotnya melebihi kemampuan raga dan sukma. Mungkin Kamu terhibur dengan aku yang menekuk wajah merumuskan segala kemungkinan demi menemukan jawaban, ketakutan jika tidak lulus dengan nilai sempurna. 

Aku pun sudah memberikanMu dua pilihan, mengultimatum: musnahkan cinta ini dariku atau biarkan dia bersatu denganku. Kamu tidak melakukan keduanya. Kamu asyik memainkan tombol-tombol kehidupan yang lain. Tidak usah pedulikan aku. Tidak, aku tidak perlu. Biar saja dilemma ini aku tanggung sendiri. Kalau Kamu senang melihatku menderita dengan cinta yang semakin bervolume tanpa kubisa melakukan apapun, aku rela. Aku rela menungguMu berpaling padaku dan menyingsingkan bahuku, membantu membawa cinta ini padanya. Aku mau menungguMu memberikan bahagia pada cinta ini sehingga nantinya dia jadi lebih ringan dalam melangkah, menuju peluknya.

Tetapi, menungguMu saja tidak akan membuahkan hasil. Kamu sedang sibuk. Mengatur cuaca, mengganti musim, merotasi bumi dan memaku bintang di langit kala malam. Kuusahakan sendiri dulu saja, Tuhan. Bersama dia yang kucinta, kami merintis langkah-langkah kecil, jauh lebih kecil dari langkah pertama bayi. Kami memutuskan untuk memupuk cinta ini dan bersatu suatu hari nanti. Ya, suatu hari nanti, entah kapan itu, itu sepenuhnya urusanMu. Kami siarkan pada mereka yang mau mendengarkan, kami beri tahu semesta raya bahwa kami saling mencintai dan kami berhak bersama. Ini semacam kampanye, Tuhan. Bukan, bukan kampanye politik semacam itu. Ini semua hanya agar lebih banyak dukungan yang masuk ke pundi-pundi kami sehingga Kamu bersedia menoleh sedikit saja padaku dan menyaksikan sudah seberapa besar cinta yang Kamu tanamkan bertumbuh. Dukungan yang kudapat dari mereka dan semesta akan kugunakan untuk membeli ibaMu dan aku mau berjuang hingga akhir, meski tak kutahu pasti kapan aku mau mengakhiri. 

Tak terhitung sudah tetes airmata yang kutumpahkan hanya untuk mengemis restuMu. Malam ini pun, kualirkan lagi doa-doaku lewat airmata tanpa berkata, tanpa bahasa. Kamu adalah yang tercerdas di jagat raya. Aku rasa tak perlu lagi menerjemahkan arti sungai-sungai kecil dari mataku itu. Kamu telah tahu, hanya butuh waktu bagiMu untuk menatap wajahku dan menghadiahkan senyum.

Masih dengan airmata, aku memberitahuMu: Tuhan, aku menyayanginya. Singkirkan segala rintangan ini dengan jentik jarimu dan biarkan aku menyatu dengannya dalam bahagia. Amin.

Malam senyap.

Saturday, March 16, 2013

TITANIUM


Entah siapa di antara kita Karbon dan Klor
Bersama kita melalui sebuah pemanasan hingga 900 derajat Celcius
Terbakar oleh rasa tanpa mampu memadamkan
Terdistilasi dari besi triklorida agar kita tahan korosi, tidak rapuh
Direduksi oleh magnesium--gravitasi yang merapatkan kita--hingga kita jadi logam
Belum, proses ini belum usai
Kita tidak boleh punya udara
Nitrogen dan Oksigen harus kita hembuskan
Meski sesak, namun ini langkah pemurnian
Yang tertinggal adalah magnesium dan magnesium klorida
Lagi-lagi harus dikeluarkan oleh air dan asam klorida
Agar kita tak mudah tersulut
Tidak bereaksi hebat dengan keadaan
Kini kita hanya berupa spons
Yang masih harus ditekan oleh helium
Membekukan kita dalam batangan
Membentuk kita jadi titanium murni

: Cinta sekuat baja, namun indah

BILA DIA MEMINTA

"Berhenti berhubungan dengannya. Tolong, saya mohon. Dia suami saya," suara wanita itu tidak terdengar marah, namun tegas. Aku tidak segera merespon. Pikiranku memvisualkan sebuah bentuk segitiga yang sempurna. Di setiap sudutnya ada aku, dia dan suaminya. Dia berdiri memandang suaminya. Sang suami berdiri membelakanginya, menghadapku. Aku menatap tepat mata suaminya. Aku dan suaminya melempar senyum, berbagi tawa, menyiarkan mimpi dan kami saling belajar untuk merayakan hidup. 

Bagi kebanyakan orang mungkin ini dianggap sebuah pengkhianatan. Mereka akan menyalahkan kami menjalin hubungan ini. Terlebih, mereka akan menyalahkan aku dan memberiku label "Perusak Rumah Tangga", "Orang Ketiga", "Wanita Gatal". dan label menyakitkan lainnya. Namun, bagi kami ini hanyalah sebuah naluri hati, keinginan primitif setiap makhluk hidup: mencari kebahagiaan diri. Lagipula, aku bukan perusak rumah tangga. Rumah tangga mereka telah rusak bahkan sebelum istana itu ada cetak birunya. Aku bukan orang ketiga karena aku telah hadir lama di kehidupan sang suami. Aku mengalami masa perkenalan, pertemanan, persahabatan, percintaan dengan suaminya. Sama seperti dia yang datang di semesta sang suami, hanya saja proses percintaan mereka terjadi  setelah kisah cinta antara aku dan suaminya kandas oleh keadaan. Aku sendiri tidak mau menyebut pengalaman mereka sebagai percintaan karena ada unsur keterpaksaan di dalamnya. Jadi, seperti pembelaanku tadi, aku bukan perusak rumah tangga atau orang ketiga atau wanita gatal. Aku dan suaminya adalah dua makhluk yang saling mencintai, yang memperjuangkan cinta demi naluri.

"Tidak bisa. Satu-satunya orang yang bisa meminta saya berhenti adalah suami Anda. Jika dia memilih Anda dan melupakan saya, saya terima dengan lapang hati. Jika tidak, untuk apa saya pergi?" kilahku.

"Tolong jangan egois. Anda tahu, kita sama-sama wanita. Kita sama-sama punya perasaan. Bayangkan Anda di posisi saya," ucapnya lagi. Kini terdengar getar di suaranya. Getar yang akan meruntuhkan airmatanya.

"Saya egois? Bagaimana dengan Anda? Apa Anda tidak memikirkan perasaan suami Anda jika saya pergi? Anda tidak peduli jika suami Anda terus bersama Anda dalam ketidakbahagiaan? Anda tega melihat dia menderita? Saya sangat mau melihat suami Anda bahagia, saya tidak ingin menyakitinya. Cinta saya membahagiakannya, lalu kenapa Anda egois ingin menghapus kebahagiaan itu dari hidupnya dengan menjadikan dia sebagai budak kebahagiaan Anda? Itukah cinta Anda? Memasung dan memperbudak perasaan? Saya perempuan, saya punya perasaan, tetapi saya tidak mau memikirkan perasaan saya, hanya perasaan suami Anda."

Terdengar isak di sana lalu sambungan terputus. Mungkin dia pingsan. Aku tarik nafas dan perlahan aku menutup telepon. Tubuhku seketika menghangat, bukan karena gelegak emosi, melainkan karena pelukan erat suaminya dari belakangku. Hembusan nafasnya aku rasakan di leher saat dia berbisik pelan, "Aku sangat menyayangimu, D."

ABU-ABU

Untuk: Kita

Dan kertas itu kini
Bertahan abu-abu
Arsiran tipis pensil
Abadi di atasnya, penuh
Tidak akan kembali putih
Tak akan pernah jadi hitam
Kertas itu abu-abu

Bahagia

Friday, March 15, 2013

CINTA MALAM

Untuk AD


Cintaku bukanlah bintang
Bukan pula rembulan 
Yang tertidur pulas di atas sana
 
Cintaku adalah kamu 
Yang kudengar berdoa 
Saat malam tiba

Thursday, March 7, 2013

JANJI

Tiga hari
Itu lama janji kita
Tak ucap sayang
Tak ungkap rindu
Tak kata cinta
Tak boleh memeluk
Apalagi mencumbu

Mampukah?

Semenit saja serasa satu tahun cahaya

Tuesday, March 5, 2013

Doaku Malam Ini


Tuhan
Aku tidak pernah tahu bahasa doa selain "Terima kasih"
Sekarang aku ingin berterima kasih padaMu
Karena Engkau telah menyediakan seseorang di luar sana yang sangat mencintaiku
Jagalah dia dan cintanya hanya untukku
Juga tunjukkanlah jalan untuk kami bersatu
Amin

Monday, March 4, 2013

MICROCHIP CINTA


Suara dan tingkahmu serupa dioda germanium dan transistor
Kompak mereka membentuk sebuah microchip di jantungku
Segera saja semua proses logika menjadi kompleks
Wadagku adalah hardware, berbentuk nyata
Otakku serentak dengan hatiku mencipta firmware
Bergantian memberi perintah untuk memikirkan dan merasakanmu
Segala signal analog pun digital dari semesta rayamu terserap
Tertransformasi dari bakuan algoritma rumit khayal tentangmu
Demi mencapai satu output tunggal
Elektronika cinta dalam ukuran portable dan mobile

Dialog Semalam Tadi


Apa kita pernah memperdebatkan soal rasa?

Tidak, tidak pernah. Kita punya rasa yang sama: Cinta
Kamu punya Cinta untukku
Aku ada Cinta untukmu
Kita berbagi Cinta sama rata
Jumlahnya seimbang, mutu terjaga
Keaslian tak perlu diragukan
Berbaur melebur, lama-lama tak ada lagi -ku/-mu
Hanya Cinta

Lalu sudah tahu begitu, mengapa belum pula kita menyatu?

Karena kamu sudah berdua
Sementara aku tidak suka podium kedua





~Catatan saat banyak halangan menyatukan cinta dua insan, seperti: SARA bahkan akta nikah di salah satu pihak~

Sunday, March 3, 2013

SEBUAH UCAPAN


"Selamat ulang tahun, Sayang."

Aku tergila-gila pada skenario. Kini, skenario tentang kamu mengucapkan selamat ulang tahun padaku yang terus bermain di otakku. Sebentar lagi jam 12 tepat tengah malam dan kamu akan menderingkan teleponku lalu aku dengar lembut suaramu. Pasti kamu akan ucapkan selamat dan doa terbaik. Pasti.

Tengah malam berlalu. Aku mendapat banyak ucapan selamat berupa pesan singkat, telepon dan kiriman dinding. Tak satupun dari kamu. Hingga subuh aku tidak bisa tidur. Pagi, aku sibukkan diri. Siang, aku berusaha nikmati hari. Sore, aku memaksakan diri tersenyum. Malam, aku semakin tersiksa. Tidak ada telepon darimu. Tidak ada ucapan selamat. Sebentar lagi hari berganti. Waktuku hampir habis. Ke mana kamu?

"Selamat ulang tahun, Diriku. Berhentilah menunggu," ujarku sebelum hariku benar-benar tuntas. Pagi tiba dengan leluasa, menghanguskan skenarioku dalam abu.



~Kali ini bukan curhat colongan yaa...karena ucapan selamat ulang tahun untukku komplit, bahkan melebihi kuota. Hahaha~

Saturday, March 2, 2013

A THANK-YOU NOTE


Dua puluh lima tahun. Bukan jumlah angka yang sedikit. Apalagi jika dengan hiperbolik dikatakan: seperempat abad. Kesannya, WAH!

Dua puluh lima tahun untuk jumlah umur bukan lagi umur jagung, bukan lagi usia anak ingusan. Umur seperempat abad ini ditakar kedewasaan yang semakin sempurna dan kemandirian yang sepatutnya ada.

Hari ini umurku genap dua puluh lima tahun. Tidak peduli jika orang menertawaiku karena sudah dua puluh lima tahun, tapi belum menghasilkan hal-hal yang menakjubkan luar biasanya. Yang aku peduli adalah haturan terima kasih pada siapa-siapa yang telah mengiringiku hingga seperempat abad hidupku ini.Siapa-siapa inilah yang menjadikanku kaya melebihi konglomerat terkaya dunia.

Catat ini, abaikan urutan penyebutan nama karena rasa sayangku tidak bernomor.

Ibu, orang bilang tak pernah cukup ucapan terima kasih untuk Ibu, bahkan seisi alam semesta tidak cukup. Bagaimanapun juga, tak ada yang lebih pantas diucapkan selain terima kasih. Pada Ibuku, terima kasih telah mau menetaskan janin yang kemudian menjadi aku. Aku tahu betapa kemelut sedang memelukmu erat sebelum mengandungku, saat menyimpanku di rahim dan mungkin sesudah kelahiranku. Terima kasih tidak berpikir pendek untuk menggugurkan benih yang kelak dan kini adalah aku. Terima kasih untuk kesabaran dan tingkat memaafkan yang luar biasa. Mungkin itulah wujud cintamu. Cinta yang melampaui akbar.

Bapak, mimpimu adalah bentuk cinta padaku. Semakin mustahil mimpi yang mau kau wujudkan, semakin banyak cinta yang kau beri. Jika kau bukan pahlawan, kau adalah sahabat. Kekeraskepalaanmu aku warisi dan dengan segala kesadaran aku memaafkanmu atas kesalahan di waktu dulu. Butuh waktu puluhan tahun untukku memahami corengan masa lalu, pun puluhan tahun untuk memaklumi dan memaafkan serta menerimanya, juga engkau. Namun, aku tak akan lupa berterima kasih untuk pemeliharaanmu terhadapku.

Heli dan Vita, terima kasih untuk semangat dan kasih sayang. Kalian adalah kakak-kakak yang hebat, yang mampu bertahan memiliki seorang adik super manja dan keras kepala sekaligus paling tidak berguna. Berbahagialah orang-orang yang memiliki kalian, termasuk aku. Penjagaan dan kebersamaan kita tetap akan seperti ini, tidak peduli nanti jika kita terpisah jauh karena sesungguhnya tidak pernah ada jarak di antara kita. Aku mencintai kalian, cantik.

Alm. Punika Granatha. Sering aku bertanya apa jadinya jika kau masih bernafas bersama kami? Akankah jauh lebih baik atau sama saja? Yang aku tahu adalah tidak mungkin lebih buruk. Aku merindukanmu setiap waktu dan masih saja menyesali kepergianmu. Kamu permata hati di dalam keluarga kecil kita. Kematian adalah jarak paling tidak terhingga dan terima kasih adalah doa paling mulia. Jadi, kusampaikan terima kasih padamu. Berbahagialah.

Para sepupu, jagoan-jagoan keluarga: Ventha, Wera, Edy, Angga, Koko, Koming. Terima kasih untuk tetap mengerti bahwa kita masih berkeluarga. Jangan pernah takut untuk tetap mengikat diri dalam satuan darah. Kita adalah saudara.

Wara-Wiri Kru.
Riri-my exotic crab,
Wiwik-tempatku ngutang pulsa,
Bli Pande Muri-hey, kita sama-sama Maret, sama-sama Pisces, sama-sama United,
Bli Alyn-kangen suara 'Ariel'-mu,
Turah “Gek Tika”-kantong ngakak,
Ryond-kowe sik mesti nyanyi neng kawinanku yo, gentenan mbek Bli Alyn :D
(lagi-lagi) Vita,
Gusde-super marketer, laris-laris,
Agung-super jail,
Pak Tude-Dealova yang Kandas,
Bli Radi-inget undang-undang pas nikah,
Sasme-a great mum, Apache yuk!
Bertha-awet sama SP Yoga...eh, PS Yoga...duh...siapa yah?
Kalian yang tergabung didalamnya adalah sebentuk keluarga kecil yang baru kukenal, namun sudah begitu berarti. Setiap waktu ada yang datang, ada yang pergi. Tidak benar-benar datang, dan tidak sungguh-sungguh pergi. Meski begitu, kita masih menyisihkan sedikit masa untuk saling mengenal dan berkumpul. Kalian adalah satu kata sifat: SERU. Jagalah keseruan itu hingga akhir masa nanti. Sampai jumpa di Rumah Kita Happy Puppy. Anyhoo, ada yang belum kusebut?

Jessica “JessPer” Permatasari. Bertemu hanya sekali tidak membuat kita untuk tidak saling menginspirasi dan berbagi. Kamu adalah seorang wanita yang kuat dan itu menginspirasiku. Terima kasih atas pertemanan dan persahabatan yang kamu tawarkan, yang aku terima dengan senyum lebar di wajah. Ayo berkreasi!

Terima kasih juga untuk Dian Anggraini, yang (juga) hanya kutemui sekali, yang juga melangsungkan persahabatan ini dari dunia maya hingga maya lagi demi mendengar sampah hatiku yang tidak bisa didaur ulang. Ayo, ke Bali, Oneng!

Kawan-kawan eks penghuni Beo 20. Jika aku diminta menjelaskan kawan sejati, dengan tegas aku arahkan telunjuk ini ke kalian. Mari mengisi presence list: Mbak Oy, Cik San, Ntoy, Ice, Febby, Suzie, Depdak, Titin. Juga para penghuni tidak resmi: Mamet dan Cik Fanny. Siapa lagi penghuni tidak tetap yang sering menjadikan Beo 20 sebagai persinggahan barang sehari dua hari? Tolong tanda tangani daftar hadir sendiri. Tidak boleh menitip. Haha.

Teman-teman almamater USD 2006: Gabe-Kecambahku,  Jule-The Exotic Photographer, Siska-GGMU, terima kasih sudah shared lelaki, musik serta film berkualitas, Abang Yosh-Mucikari gw (sori setoran gw turun terus, maklum pasaran gw brondong sekarang!), dan semuanya yang lain.

VDMS alumni LC 6th di Salatiga. Hold and reach your dreams, guys! (Soundtracks: Bapak Paijo dan Marina Menari). All VDMS Alumni in AA VDMS as well.

Selamat ulang tahun juga untuk Firda "Dadong", yang secara tidak sengaja dipertemukan denganku, yang tanggal, bulan dan tahun ulang tahunnya sama denganku. Kata "kembar" langsung kami klaim menjadi milik kami. Sewaktu dulu kami pernah dengan mirisnya merayakan ulang tahun berdua saja, di kamarnya, gelap-gelapan, satu lilin menyala serupa per-ngepet-an, tetapi paling menyentuh hati adalah kami membaca ayat-ayat indah di alkitab sebagai doa dan perenungan kami. Miris sekaligus khidmat. Kapan lo nikah, Dong? Gw pengen bacain Kidung Agung buat lo. Awet yeee sama Mas Pacar. Lo besok kalo nikah sama dia, tentuin Katholik apa Muhammadiyah. Jangan ke gereja pakai hijab, atau baca Al-Quran sambil bawa Rosario sebagai tasbihnya. Hahaha. Kangen gw!

Adam Pike, the very best friend of mine! Thanks for the jokes and fun things you share. Though we keep arguing about who's ugly and who's hot between the two of us--and I always lose--but believe me, you are absolutely gorgeous!

To Alex, thank you for million things you gave and still counting. You mean the world to me.

Tulisan ini hampir menemui akhir. Di sini aku berhenti lama sekali untuk memikirkan siapa-siapa lagi yang berjalan bersamaku selama dua puluh lima tahun ini. Di kepalaku tersusun banyak sekali daftar. Jika kutuangkan di sini akan menjadi tulisan yang tidak berkesudahan. Kepada mereka yang tidak tercantum namanya di sini, kalian di hati.

Aku putuskan untuk menempatkan dua sosok lagi di sini. Sebuah bentuk kehormatan bagiku untuk bisa menuliskan mereka dalam kata.

Jika aku mengucap terima kasih padamu, Abang, aku tahu kamu mengerti ini lebih dari sekedar terima kasih. Kamu adalah inspirasiku dalam nyata dan mayamu. Kemisteriusan yang kamu ciptakan sebagai tameng diri justru berubah menjadi magnet dengan daya sangat besar untuk menarik bijih hatiku. Kamu selalu menjadi kenyamanan di penatku. Sebut saja aku terlalu naïf karena aku ingin selalu berada di lingkar edarmu dan ingin kamu selalu ada di area rotasiku. Hasta dan depa yang kita pelihara ini biarlah bergeming dalam indah.

Terakhir aku berterima kasih pada Tuhan. Hadiah-hadiah yang selama ini dia berikan dalam hidup sungguh luar biasa sempurna, menjadikanku selalu berkecukupan dan merasa kaya.

Di sini tulisan ini berakhir. Dua puluh lima tahun. Kado mana kadooooo???? :p

Friday, March 1, 2013

TITIPAN

Kamu datang menitipkan sepetak kecil rindu
"Jagalah untukku. Aku akan kembali. Menjemputnya," ucapmu

Renta sudah sang waktu, habis masanya menunggu
Rindumu, yang telah dewasa, karib dengan kesendirianku