Thursday, November 15, 2012

“Assalamualaikum Ikhwan/Akhwat”



Teruntuk Oneng-ku dan Ice Sahabatku tiada duanya

Tengah malam ditelepon seorang sahabat untuk membantu menata kembali perasaan yang porak poranda. Alhasil, ajang curhat itu menjadi ajang tertawa. Berandai-andai dengan aku menjadi obyek dari pengandaian sinting sahabatku itu.

Bagaimana jika aku yang sekarang ini berpenampilan layaknya seorang hijaber. Berpenampilan menjadi sesosok wanita muslimah yang soleha, tak alpa mengaji. Mengenakan hijab serta pakaian serba tertutup. Wanita muslimah yang senantiasa mengucap salam dan menjawab salam dengan lembut, yang senantiasa bersyukur dengan menyebut Asmaul Husna, yang tak pernah absen puasa Senin-Kamis dan melaksanakan sholat lima waktu dengan tertib. Wanita muslimah yang percaya muhrim/bukan muhrim atau poligami sebagai Sunah Nabi. Wanita muslimah yang memiliki tutur kata halus bak sutra dan terpancar iman serta taubat di wajahnya.

Ngakak. Itulah reaksi kami ketika menyusun andai-andai yang semakin lama semakin tak masuk akal. Bisa kalian bayangkan: aku yang selalu belingsatan ketika mendengar musik, bergelinjang-gelinjang layaknya cacing kepanasan begitu mendengar alunan nada, andai aku bisa koprol mungkin aku akan jungkir balik bersalto-salto. Aku yang gemar tampil mengenakan dress cantik yang sebagian besar mempertontonkan sebagian kulitku yang berwarna tan, menggilai pemakaian lace/brokat (looks amazingly sexy on my tan skin), celana super pendek (pamer tan skin), baju tanpa lengan (pamer tan skin lagi), bahkan bikini (demi tan yang awet). Aku dengan mulut tak berfilter, sering mengatakan “Aku mau eek” kepada setiap orang yang kutemui saat aku mau eek, sering mengatakan “Duh BH-ku melorot” di depan kerumunan dan tak acuh menaik-naikkan BH ke posisi seharusnya, sering juga aku mengatakan “Tunggu sebentar. Mau lepas lensa dan BH” kepada setiap teman tak peduli jenis kelaminnya, bahkan tak jarang demi memasarkan BH yang kupakai aku merelakan dadaku diremas teman-teman (wanita) sekantor atau membuka kancing seragam kerja dan memperlihatkan kepada mereka betapa sempurna BH itu membentuk payudaraku. Tak jarang banyak kawan-kawan lelakiku menjadikan aku sebagai partner candaan mesum mereka seperti “Mangkal di mana lo ntar malem? Masih di terminal? Inget setoran! Cari yang Oom-Oom” Belum lagi jika kalian membuatku tertawa. Aku tanpa ragu dan tanpa rasa malu akan terbahak-bahak sekeras-kerasnya sampai nafas tercekit-cekit. Ditambah keahlianku merayu lelaki, bukan dengan maksud mengambil perhatian mereka, melainkan hanya untuk lelucon agar lebih dekat. Tanya saja jika tak percaya, di kantor aku memanggil “cinta” atau “sayang” kepada lelaki-lelaki yang sudah kukenal karakternya tidak akan mengambil hati jika kupanggil begitu, ada juga yang jauh lebih tua kupanggil “Bro” atau “Ente” dan sapaan-sapaan khas Singaraja. Terdengar kurang ajar, tapi memang mulutku begitu dan aku senang ketika mereka juga berhasil menyamai aku dengan memanggilku menggunakan panggilan yang sama. Sudah terbayang aku yang begitu “parah” tiba-tiba menjadi alim luar biasa? Ngakak!

Bukan tak pernah aku memakai jilbab. Seorang sahabat lainnya berhasil membuatku penasaran akan rasanya memakai jilbab. Rasanya… Totally Amazing! Aku seperti memasuki dunia lain yang sama sekali asing. Menyenangkan, membuatku bisa behave selama setengah hari—yang sungguh membuatku tidak nyaman. Mendadak aku menjadi pendiam dan tidak serampangan. Mungkin bagus, tapi itu bukan aku. Jadi, terima kasih sahabatku yang tiada duanya itu! Lain kali akan kupecahkan rekor memakai jilbab terlama sepanjang sejarah hidupku!

Malam melarut. Kami mengantuk. Di sisa-sisa tawa kegelian, kami mengucap selamat malam. Ingin kuakhiri dengan “Assalamualaikum Ukhti”, tapi aku yakin sahabatku itu akan terkencing-kencing dalam tidurnya.

Denpasar, 29 Oktober 2012
06.20 PM

2 comments: