Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni
Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember
Kusingkat saja: Kalender
Kumenyapa dunia di basahnya Maret
Lalu bercinta di Juni
Hei, benarkah?
Rasanya Januari. Hmm atau Oktober?
Tak risaulah kuingat.
Hanya jatuh cinta pada seorang penderita kanker
Itu saja kutahu.
Jatuh, iya. Tersuruk-suruk. Tersungkur-sungkur.
Bukan dalam doa, tapi durjana. Dia, si cinta, babak belur
Dihajar November yang sengak dan cemburu
Memaksanya kandas di Desember. Si cinta menyerah saja. Mohon
ampun.
Kuulang lagi: Kalender
Januari, Februari, Maret, April, Mei, Juni
Juli, Agustus, September, Oktober, November, Desember
Mengapa Februari bersisian dengan Maret?
Manalah kutahu jawabannya
Mungkin si penderita kanker mengerti
“Ah, hanya agar tidak dekat dengan Juni atau Juli
Yang punya kepiting mati
Yang
bisa memangsa hati,”
Dan mengapa kita mesti Desember?
“Karena
Januari sudah tidak di sini.
Pergi
ke dunia yang lebih sepi
Memberi
nurani tempat untuk menggali
Kuburannya
sendiri,”
Penderita kanker mati
Bukan dimenangkan oleh sakitnya itu sendiri
Terlebih karena si cinta masih ada di musim semi, mungkin Mei.
Mari kita buka kalender dan lihat mengapa Januari selalu ada setelah Desember yang sering mengandaskan segalanya?
ReplyDelete